CariSeleksi Terbaik dari harga lidah buaya Produsen dan Murah serta Kualitas Tinggi harga lidah buaya Produk untuk indonesian Market di alibaba.com. MENU MENU Alibaba.com. Dapatkan lebih dari satu penawaran harga dalam waktu 24 jam! 0. Pesanan Menunggu Pembayaran. Menunggu Konfirmasi.
Cekjuga Promo Lidah Buaya di Semua Supermarket Harga Promo Rp1.750, Harga Normal Rp1.950, Giant Ekspres . Expired . Giant. per 100 gr . Lidah Buaya . Diskon 12%, Harga Promo Rp1.750, Harga Normal Rp1.990, Giant Ekspres,Giant Ekstra ANEKA SAYURAN Sawi Putih / Timun Besar / Terong Sayur / Labu Siam / Lidah Buaya . Harga Promo Rp990
BeliLidah Buaya Harga Promo & Terbaru Mei 2022 - Dapatkan Harga Lidah Buaya Termurah Di Blibli! Promo & Diskon Murah ⚡100% Original 15 Hari Retur ⌛ Pengiriman Cepat Gratis Ongkir
MurahLidah buaya di Depok - Temukan penawaran dan toko termurah di Depok serta daerah sekitarnya di tiendeo.co.id
Analisisefisiensi operasional pemasaran lidah buaya di Kabupaten Bogor dalam penelitian ini membandingkan marjin, farmer's share dan rasio biaya dengan keuntungan pada setiap saluran. Penelitian ini dalam mengukur nilai tambah produk olahan lidah buaya menggunakan Metode Hayami. Selain itu juga melihat lembaga-lembaga yang terlibat beserta
6 Kesehatan mulut-- Lidah buaya sangat bermanfaat untuk masalah mulut dan gusi, terutama dalam memperbaiki gusi yang memburuk. 7. Perawatan kulit-- Fungsinya juga menghilangkan jerawat, melembabkan kulit, detoksifikasi kulit, penghapusan bekas luka dan tanda, mengurangi peradangan, serta perbaikan dan peremajaan kulit.
. FilterMakanan & MinumanMinumanMakanan BekuKesehatanSuplemen DietObat - ObatanPerawatan TubuhProduk KewanitaanMasukkan Kata KunciTekan enter untuk tambah kata produk untuk "jus lidah buaya" 1 - 60 dari BUAYA KUPAS 2%Jakarta SelatanSNAP CLEAN 1 rb+AdDelicious Aloevera Jus Lidah 7,5 rbDepokHerbavera 40+AdLIDAH BUAYA JELLY JUS ALOEVERA - 2%Jakarta SelatanSNAP CLEAN 100+AdHerbavera Aloe Vera Lidah Buaya Jelly 7,5 rbDepokHerbavera 100+AdLIDAH BUAYA KUPAS 2%Jakarta SelatanSNAP CLEAN 2 rb+TIPCO - Aloe Vera Juice with Grape 1 Ltr / Jus Lidah Buaya dan PusatFoodbay Store Food 30+Sisa 3Aloe Vera drink / juice Aloe Vera /juice lidah buaya/ 40+Primavera Aloevera Juice - Jus Lidah 40+TIPCO Aloe Vera Grape Juice 1 Liter Jus Lidah Buaya dan Buah 30+Aloe Vera Juice / Phyto Aloe Vera Juice 25
Produksi komoditas lidah buaya di Kabupaten Bogor sampai saat ini mengalami penurunan, meskipun pernah dicanangkan menjadi daerah pengembangan komoditas lidah buaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai tambah dalam usaha pengolahan produk lidah buaya, serta menganalisis sistem pemasaran lidah buaya dari petani hingga konsumen akhir. Hasil penelitian ini dijelaskan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Komoditas lidah buaya dari petani di Kabupaten Bogor telah diolah menjadi produk olahan seperti jus, koktail, rainbow cake, kerupuk dan teh kulit lidah buaya. Berdasakan perhitungan nilai tambah dengan metode hayami, produk olahan rainbow cake memiliki nilai tambah paling besar. Terdapat 6 saluran pemasaran lidah buaya di Kabupaten Bogor, yaitu 3 saluran pemasaran grade A dan 3 saluran pemasaran grade B. Petani dalam memasarkan lidah buaya masih melibatkan tengkulak. Saluran pemasaran 1, 2 dan 4 adalah saluran yang mudah diakses oleh petani. Saluran pemasaran 2 Petani → Suplayer → Supermarket → Konsumen merupakan saluran yang relatif efisien, karena harga yang diterima petani relatif lebih tinggi, nilai marjin saluran pemasaran yang relatif lebih kecil dan nilai farmer’s share yang relatif lebih tinggi dari saluran yang lainnya. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 83Analisis Sistem Usahatani Lidah Buaya Di Kabupaten Bogor ANALISIS SISTEM USAHATANI LIDAH BUAYA DI KABUPATEN BOGORFARM SYSTEM ANALYSIS OF ALOE VERA IN BOGOR REGENCY Rizky Lut Suprabowo dan Siti JahrohDepartemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajeman, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Jl. Kamper, Wing 4 Level 5, Bogor, 16680ABSTRACTAs a city where has been inaugurated as an area of aloe vera development, the developing commodity of aloe vera in Bogor Regency has declined until recently. This research was aimed to determine forward linkages and backward linkages of correlation performance on the aloe vera farming and to analyze farming income of aloe vera in Bogor Regency. Qualitative methods describe the backward and forward linkages to the farm. Quantitative methods are used to analyze the structure of cost, revenue, earnings, the value of the ratio of R/C and dierent test of Mann-Whitney U Test.. This research result showed that correlation backward linkages performance was good, while correlation forward linkages performance was also good because there have been some markets and processing company already. There are two methods of aloe vera weeding which are herbicides and manual methods. R/C ratios over cash costs of farmers using herbicides and manual methods were 3,41 and 3,39 respectively, whereas overall R/C ratio of farmers was 3,40. R/C ratio over cash costs of farmers using either herbicides, manual or overall was equal to 2, Aloe Vera, Farm system, Forward linkages and backward linkages, ratio R/C, weeding methodsABSTRAKSebagai daerah yang pernah dicanangkan menjadi daerah pengembangan komoditas lidah buaya, perkembangan komoditas lidah buaya di Kabupaten Bogor mengalami kemunduran sampai saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa keterkaitan ke depan dan ke belakang pada usahatani serta nenganalisis pendapatan usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor. Metode kualitatif mendeskripsikan mengenai keterkaitan ke belakang dan ke depan pada usahatani. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis struktur biaya, penerimaan, pendapatan, nilai rasio R/C dan uji beda Mann-Whitney U Test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa performa keterkaitan ke belakang sudah baik, sedangkan performa keterkaitan ke depan juga cukup baik karena saat ini sudah ada pasar dan pabrik pengolahan. Penyiangan gulma dalam usahatani lidah buaya ada dua metode yang digunakan petani yaitu metode herbisida dan metode manual. Nilai R/C atas biaya tunai petani metode herbisida dan manual sebesar 3,41 dan 3,39, sedangkan jika dilihat nilai R/C atas biaya tunai petani responden secara keseluruhan sebesar 3,40. Nilai R/C atas biaya total petani metode herbisida, manual serta metode secara keseluruhan yaitu sama, sebesar 2, Kunci Keterkaitan ke depan dan ke belakang, Lidah buaya, Metode penyiangan gulma, Rasio R/C, Sistem usahataniPENDAHULUANIndonesia sebagai negara agraris dengan sumber daya alam yang melimpah, memiliki potensi dalam pengembangan sektor pertaniannya. Salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah dalam bidang tanaman biofarmaka atau tanaman obat. Pemanfaatan tanaman obat di Indonesia telah banyak dilakukan baik secara tradisional sebagai ekstrak jamu bubuk atau obat maupun sebagai bahan kosmetik. Berdasarkan data riset kesehatan dasar rikesdas 2013 Kebijakan Kesehatan Indonesia, 2015 menunjukkan bahwa sekitar persen penduduk Indonesia telah memanfaatkan obat tradisional, dan 49 persen diantaranya menggunakan ramuan jamu. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan adanya kecenderungan masyarakat untuk beralih ke obat yang berbahan alami, sehingga peluang tanaman obat sebagai komoditas perdagangan semakin besar. Semakin populernya tanaman biofarmaka saat ini dapat dilihat dari nilai omset jamu dan obat tradisional di pasar domestik yang menyentuh angka Rp 15 triliun hingga akhir 2014, naik 7,14 persen dari tahun 2013 yang hanya sebesar Rp 14 triliun Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2014.Penjelasan di atas mengindikasikan bahwa potensi dan peluang dari pengembangan produk pertanian khususnya biofarmaka di Indonesia sangat menjanjikan khususnya pertanian tanaman lidah buaya Aloe Vera L. Tanaman lidah buaya telah dimanfaatkan dalam dunia 84 CR Journal Vol. 02 No. 01, Juni 2016 83-99menjelaskan bahwa nutrisi yang terkandung pada gel dan lendir lidah buaya diantaranya mineral jenis Zn, K, Fe, dan beberapa macam vitamin seperti A, B1, B2, B12, C dan E, inositol, asam folat dan kholin yang bermanfaat bagi kesehatan. Kompleksnya kandungan senyawa dan zat aktif di dalam lidah buaya, pemanfaatan lidah buaya tidak hanya di bidang kesehatan dan kosmetik namun telah merambah ke industri makanan ringan dan minuman. Produk olahan makanan ringan dan minuman yang berbahan baku lidah buaya antara lain minuman nata de aloe vera, jus, minuman ekstrak, krupuk, manisan, teh, manfaat yang terkandung dan ragam dari lidah buaya, menjadikan lidah buaya termasuk salah satu dari sepuluh tanaman terlaris dalam perdagangan internasional Destina, 2013. Hal ini menunjukkan potensi pasar yang sangat bagus dari komoditas lidah buaya jika pengembangan komoditas lidah buaya diperhatikan. Peluang pasar yang menjanjikan tersebut ditangkap oleh Dirjen Hortikultura dan Aneka Tanaman dengan membuat strategi pengembangan komoditas unggulan lidah buaya di beberapa wilayah di Indonesia. Wilayah yang termasuk dalam pengembangan lidah buaya antara lain Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DaerahIstimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan Adhiana, 2005. Namun sampai saat ini, daerah yang masih menjadi tempat pengembangan lidah buaya dan mendapatkan dukungan dari Dirjen Hortikultura hanya tinggal tiga wilayah saja yaitu di Pontianak, Bali dan Kabupaten Bogor sebagai daerah pengembangan lidah buaya di Provinsi Jawa Barat Adhiana, 2005 pada tahun 2014 mendapatkan bantuan berupa bibit lidah buaya untuk ditanam pada lahan seluas 5 ha dan fasilitas motor pasca panen Direktorat Jenderal Hortikultura, 2013. Sebagai daerah pengembangan lidah buaya, produksi lidah buaya Kabupaten Bogor dari tahun 2008 sampai 2013 menduduki peringkat kedua di Provinsi Jawa Barat Tabel 1.Meskipun sampai tahun 2013 Kabupaten Bogor menempati peringkat kedua dalam hal produksi lidah buaya di Provinsi Jawa Barat, namun jumlah luas panen mengalami penurunan tajam pada tahun 2011 dan ada peningkatan yang sedikit sampai tahun 2013. Penurunan luas panen lidah buaya di Kabupaten Bogor yang ditunjukkan pada Gambar 1 mengindikasikan bahwa komoditas lidah buaya di Kabupaten Bogor tidak berkembang dengan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, 2008-2013, DiolahTabel 1. Lima besar kabupaten/kota produsen lidah buaya di Jawa Barat Kg Gambar 1. Luas panen lidah buaya di Kabupaten Bogor tahun 2008-2013 Sumber BPS Kabupaten Bogor tahun, 2008-2013, Diolah 85Analisis Sistem Usahatani Lidah Buaya Di Kabupaten Bogor pendapatan petani lidah buaya merupakan salah satu alasan petani mengusahakan lidah buaya. Sehingga dengan penelitian ini dapat memberikan alternatif-alternatif yang dapat membantu untuk pengembangan komoditas tanaman lidah buaya yang lebih baik lagi, serta dapat mengetahui pendapatan usahatani lidah buaya di Kabupaten petani salah satunya adalah akan membudidayakan suatu komoditas pertanian, jika mendapatkan kepastian pasar hasil panen dan pendapatan dari hasil usahataninya sesuai dengan yang diharapkan. Hal serupa juga disampaikan oleh Sen A 1981, bahwa Pemerintah tidak bisa memaksa petani untuk memproduksi pangan lebih banyak, namun petani akan melakukannya sendiri apabila mendapat insentif untuk hal itu. Pasar dan besarnya pendapatan merupakan faktor utama dari suatu kegiatan bisnis, termasuk dalam sebuah kegiatan pertanian baik skala besar maupun skala kecil. Besarnya pendapatan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah penggunaan metode yang berbeda juga dapat mempengaruhi besarnya pendapatan yang diperoleh oleh masing-masing petani. Petani lidah buaya yang ada di Kabupaten Bogor dalam proses penyiangan gulma ada dua cara atau metode, yang pertama petani melakukan metode penyiangan gulma dengan cara manual dan yang kedua dengan metode menyemprot menggunakan pada permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah1. Bagaimana keterkaitan ke belakang backward linkages dan ke depan forward linkages pada usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor?2. Bagaimana keragaan usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor?3. usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor?Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah 1. Mendiskripsikan keterkaitan ke belakang backward linkages dan ke depan forward linkages pada usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor2. Mengetahui keragaan usahatani lidah Pengembangan komoditas lidah buaya di Kabupaten Bogor kurang berjalan dengan baik, diduga ada beberapa penyebabnya. Penyebab yang pertama yaitu tidak ada keterkaitan ke belakang dan ke depan pada usahataninya. Keterkaitan ke belakang backward linkages maksudnya petani memiliki kemudahan dalam hal akses pemenuhan input-input atau sarana budidaya lidah buaya. Keterkaitan ke depan forward linkages maksudnya kegiatan usahatani lidah buaya memiliki hubungan dengan sektor pengolahan dan pemasaran yang baik, sehingga saat petani masuk masa panen petani tidak merasa kesulitan dalam hal pemasaran maupun pengolahan hasil panen. Jika pengembangan komoditas lidah buaya di Kabupaten Bogor memiliki keterkaitan ke belakang backward linkages dan ke depan forward linkages dengan baik maka akan mampu mempengaruhi para petani dalam mengusahakan tanaman lidah buaya. Gambar 1 menunjukkan adanya indikasi usahatani lidah buaya tidak berkembang dengan baik, maka ada kemungkinan keterkaitan ke belakang dan ke depan pada usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor tidak bekerja dengan baik sehingga berdampak kepada minat petani untuk membudidayakan berkurang. Hipotesis di atas didukung juga oleh hasil penelitian terdahulu oleh Nugraha 2008 diketahui, bahwa petani lidah buaya di Kabupaten Bogor tidak dapat memanen pelepah lidah buaya secara maksimal dikarenakan petani kesulitan dalam menjual hasil panennya sehingga petani harus menunda proses panennya sampai ada permintaan. Selain itu, pemaparan tersebut didukung juga oleh hasil penelitian Kurniawan 2010 bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan usahatani lidah buaya khususnya di Pontianak Utara secara garis besar yaitu faktor produksi dan pasca produksi, harga pupuk yang terlalau mahal, turunnya harga jual lidah buaya dan keterbatasan faktor modal dan peran serta pemerintah, faktor lain yang mendukung berkembangnya tanaman lidah buaya adalah permintaan terhadap lidah buaya dari sektor industri pengolahan. Jumlah petani yang masih relatif sedikit berdampak pada pasokan lidah buaya yang sangat terbatas dan kontinuitasnya belum terjaga. Sehingga perlu diadakan pengkajian mengenai keterkaitan ke belakang dan ke depan pada usahatani lidah buaya dan melihat peluang perkembangan lidah buaya dari sisi produsen yaitu petani. Tingkat 86 CR Journal Vol. 02 No. 01, Juni 2016 83-99 buaya di Kabupaten Bogor usahatani lidah buaya di Kabupaten BogorPenelitian ini menggunakan perhitungan usahatani untuk satu tahun berdasarkan biaya dan penerimaan pada tahun 2014. Petani yang menjadi responden merupakan petani yang memiliki lahan yang ditanami lidah buaya, dengan pertimbangan petani tersebut telah melakukan pemanenan minimal satu tahun yaitu sejak awal tahun 2014. Penerimaan usahatani dilakukan dengan cara menghitung produksi dikalikan dengan harga jual. Perhitungan modal petani yang dikeluarkan berasal dari total biaya tunai dan biaya tidak tunai yang dikeluarkan oleh dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan Kabupaten Bogor sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja purposive dengan alasan bahwa Kabupaten Bogor merupakan daerah pengembangan komoditas lidah buaya di Provinsi Jawa Barat. Kecamatan yang dijadikan tempat penelitian di Kabupaten Bogor ada tiga yaitu di Kecamatan Kemang, Ciseeng dan Ranca Bungur. Penentuan Ketiga kecamatan tersebut berdasarkan ketersedian petani lidah buaya yang telah melakukan pemanenan minimal satu tahun terakhir. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama bulan Januari sampai Februari dan Sumber DataJenis data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui pengamatan dan wawancara dengan 100 persen responden 13 petani lidah buaya dengan rincian 61,54 persen responden 8 petani metode herbisida dan 38,46 persen responden 5 petani metode manual. Data primer yang digunakan dalam penelitian mencakup karakteristik responden, kegiatan petani yang mengindikasikan performa keterkaitan ke depan dan ke belakang pada usahatani dan keragaan usahatani lidah buaya. Data sekunder diperoleh dari Direktorat Jenderal Hortikultura, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor maupun Penarikan Sampel dan Pengumpulan DataPenentuan petani berdasarkan hasil observasi dan data yang berasal dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. Penentuan petani yang menjadi responden penelitian dilakukan secara sensus, atau merupakan seluruh petani populasi yang telah melakukan proses pemanenan lidah buaya selama satu tahun terakhir 2014 di Kabupaten Bogor. Pengumpulan data primer dengan cara memberikan pertanyaan kepada responden dengan acuan berupa kuesioner. Tujuan penggunaan kuesioner yaitu agar ada acuan pertanyaan dan pertanyaan yang diajukan sistematis serta untuk mendapatkan data kuantitatif mengenai segala hal yang menyangkut usahatani lidah Pengolahan dan Analisis DataAnalisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode kombinasi mix method. Metode kombinasi merupakan pendekatan dalam penelitian yang mengkombinasikan metode analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis kualitatif memberikan gambaran secara deskriptif mengenai keterkaitan ke belakang Backward Linkages dan ke depan Forward Linkages pada usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor. Sedangkan metode analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis besaran struktur biaya, penerimaan, pendapatan, nilai rasio R/C dan uji beda Mann-Whitney U Keterkaitan ke Belakang Backward Linkages dan ke Depan Forward LinkagesDiskripsi keterkaitan ke belakang dan ke depan pada usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor akan menjelaskan ketekaitan ke belakang sistem usahatani dengan sektor hulu seperti pengadaan input bibit, pupuk, tenaga kerja, alat-alat pertanian. Keterkaitan ke depan akan menjelaskan keterkaitan sistem usahatani dengan sektor hilir yaitu pemasaran dan pengolahan. Diskripsi keterkaitan ke belakang dan ke depan akan dapat menjelaskan gambaran secara umun mengenai keterkaitan sistem usahatani dengan sektor hulu dan Usahatani Lidah BuayaAnalisis biaya usahatani lidah buaya digunakan untuk mengetahui jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan usahatani. Dalam analisis biaya usahatani lidah buaya ini menggunakan dua jenis biaya yaitu, 87Analisis Sistem Usahatani Lidah Buaya Di Kabupaten Bogor biaya tunai dan biaya tidak tunai. Perhitungan biaya usahatani secara matematis dapat dituliskan Soekartawi, 2002TC = C + NCKeterangan TC = Total Biaya UsahataniC = Total Biaya TunaiNC = Total Biaya Tidak TunaiBiaya tunai terdiri dari pembelian pupuk kandang, herbisida, upah tenaga kerja luar keluarga, pajak bagi petani pemilik lahan sendiri, sewa lahan. pembelian perlengkapan tambahan seperti koran dan karung untuk pemanenan. Biaya tidak tunai terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan yang diperhitungkan, biaya bibit yang dibebankan selama umur produktif dan penyusutan peralatan. Menurut Suratiyah 2008 perhitungan penyusutan berdasarkan metode garis lurus straight line method adalah dengan membagi hasil antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang selanjutnya dibagi oleh umur ekonomi dari alat Usahatani Lidah BuayaAnalisis penerimaan usahatani lidah buaya digunakan untuk mengetahui besaran penerimaan yang diperoleh oleh petani lidah buaya baik petani metode herbisida maupun manual. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Secara matematis dapat dituliskan Soekartawi, 2002TR = Y x PyKeterangan TR = Total Penerimaan RupiahY = Produksi yang diperoleh dalam usahatani KgPy = Harga produk per unit Rupiah/KgPenerimaan dalam kegiatan usahatani terdiri dari dua jenis sumber penerimaan, yaitu penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai adalah penerimaan yang didapatkan dari hasil kegiatan produksi usahatani yang dijual. Penerimaan tidak tunai adalah hasil produksi yang tidak dijual oleh petani, namun hasil tersebut digunakan untuk keperluan lain, seperti untuk konsumsi atau benih. Sehingga penerimaan total usahatani merupakan hasil keseluruhan nilai produksi yang usahatani yang dijual, dikonsumsi keluarga, serta yang dijadikan Usahatani Lidah BuayaMenurut Soekartawi 2002 pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikutKeterangan TR = Penerimaan total usahataniTC = Total biaya UsahataniAnalisis Rasio Penerimaan dan BiayaAnalisis rasio penerimaan dan biaya bisa juga di tulis rasio R/C, kegunaan analisis ini ialah jika dijalankan. Rasio R/C membandingkan antara penerimaan dengan biaya. Nilai rasio ada dua jenis yaitu nilai R/C atas biaya tunai dan nilai R/C atas biaya total, secara matimatis dapat dituliskanAnalisis rasio imbangan penerimaan dan biaya digunakan untuk melihat berapa penerimaan yang diperoleh oleh petani dari setiap rupiah yang telah dikeluarkan untuk usahataninya sebagai manfaat. Terdapat beberapa kriteria keputusan yang digunakan untuk melihat hasil dari analisis R/C rasio adalah sebagai berikut Soekartawi 2002• R/C rasio > 1 Usahatani menguntungkan, biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biayanya.• R/C rasio = 1 Usahatani impas, dikatakan kegiatan usahatani berada pada kondisi impas keuntungan normal. dikeluarkan kan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih Beda Mann-Whitney U TestUji beda yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Mann Whitney U test. Uji statistik ini berguna untuk melihat perbedaan penggunaan dan penerimaan usahatani lidah buaya antara petani yang menggunakan metode herbisida dan metode manual. Dengan cara menguji 88 CR Journal Vol. 02 No. 01, Juni 2016 83-99yang baik jika petani dengan mudah dapat mengakses dan memperoleh input-input yang dibutukan. Rata-rata luas lahan garapan petani responden sebesar 0,56 ha. Berdasarkan metode penyiangannya, petani metode herbisida seluas 0,79 ha dan petani metode manual seluas 0,21 ha. Sebanyak 76,92 persen responden melakukan usahatani lidah buaya di lahan sewa dan 23,08 persen responden melakukan dilahan milik pribadi. Biaya sewa berkisar antara Rp 300 sampai Rp /tahun/m2. Bibit lidah buaya yang ditanam oleh semua petani lidah buaya di Kabupaten Bogor adalah jenis Aloe vera chinensi. Umur rata-rata tanaman lidah buaya yang ditanam oleh petani responden lidah buaya di Kabupaten Bogor adalah 3,28 tahun, dimana umur tanaman lidah buaya pada petani herbisida adalah 3,74 tahun dan pada petani manual adalah 2,56 tahun. Kebutuhan bibit per hektar mencapai tanaman. Tenaga Kerja yang digunakan adalah TKDK dan TKLK laki-laki. Upah tenaga kerja laki-laki berkisar antara Rp sampai Rp dengan lama bekerja 7 jam per hari. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang kotoran domba, dengan durasi pemupukan 2 bulan sampai 6 bulan sekali, rata-rata durasi pemupukan 3 bulan sekali. Harga pupuk kandang per karung dengan berat 20 kg berkisar antara Rp sampai Rp Akses untuk pupuk kandang relatif mudah, namun dalam hal pengadaannya petani ada yang kurang puas karena pupuk kandangnya tidak ke depan Forward Linkages menjelaskan performa pada sistem usahatani lidah buaya dengan kegiatan pasca panen mencakup kegiatan pemasaran dan pengolahan. Petani lidah buaya di Kabupaten Bogor menjual hasil panennya ada beberapa saluran pemasaran. Petani ada yang menjual melalui tengkulak, langsung ke pabrik ada juga yang langsung ke pengolahan rumah tangga. Namun yang paling sering petani melakukan menjual hasil panennya melalui tengkulak. Hasil dari wawancara dengan masing-masing petani diketahui bahwa sebanyak 76,92 persen responden menjual hasil panennya kepada tengkulak. Sedangkan 23,08 persen responden langsung menjual ke pabrik tanpa perantara tengkulak. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden hanya sebanyak persen responden selama tahun 2014 pernah menjual kepihak supermarket baik lewat tengkulak atau jaringan supermarket. Mekanisme penjualan ke supermarket, petani biaya input dan penerimaan dari dua sampel yang saling bebas atau tidak berhubungan. Penggunaan uji beda Mann-Whitney U Test dikarenakan ada komponen-komponen yang diuji tidak menyebar normal Populasi kurang dari 30. Adapun uji beda Mann-Whitney U Test adalah sebagai berikut Nazir, 2003Keterangan n1 = Jumlah sampel metode herbisidan = Jumlah sampel metode manualR1 = Jumlah rank/peringkat untuk sampel metode herbisidaR2 = Jumlah rank/peringkat untuk sampel metode manualAdapun hipotesis dapat dituliskan sebagai berikutHo penerimaan petani metode herbisida= penerimaan petani metode manualH penerimaan petani metode herbisida penerimaan petani metode manualDikarenakan data populasi kurang dari 20, maka dilihat nilai U yang paling kecil dan dibandingkan dengan tabel Mann-Whitney. Kesimpulan terhadap hipotesis, tolak Ho bila sebaliknya terima Ho bila nilai u hitung > u HASIL DAN PEMBAHASANKeterkaitan ke Belakang Backward Linkages dan ke Depan Forward Linkages pada Usahatani Lidah BuayaKeterkaitan ke belakang Backward Linkages menjelaskan performa pada usahatani lidah buaya dengan pengadaan sarana produksi atau input yang dibutuhkan dalam melakukan produksi. Beberapa input yang diperlukan dalam kegiatan usahatani lidah buaya diantaranya bibit, lahan, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, serta alat-alat pertanian untuk pengolahan, perawatan dan pemanenan. Backward Linkages akan memiliki performa 89Analisis Sistem Usahatani Lidah Buaya Di Kabupaten Bogor menunggu pesanan dari pihak tengkulak atau individu pembeli, serta jumlah yang dibutuhkan juga tidak pasti. Kendala yang dihadapi petani jika menjual ke tengkulak mendapatkan harga yang lebih rendah jika dibandingkan menjual langsung ke pihak supermarket atau pabrik, hal tersebut mengindikasikan petani tidak memiliki kekuatan tawar atau kekuatan tawar petani lemah. Pabrik yang saat ini membeli hasil panen lidah buaya petani yaitu CV. Zio Nutri Prima yang bertempat di Jakarta. Kebutuhan pabrik saat ini mencapai 100 ton/bulan, namun saat ini baru bisa terpenuhi 40 sampai 60 ton/bulan. Pengolahan lidah buaya di Kabupaten Bogor saat ini masih kurang berkembang, hanya pengolahan skala kecil campuran es cincau, sebagian sudah ada yang di ekstrak, pada tahun 2015 ini ada produk dengan merek dagang Aloe Jr yang menjual minuman dari olahan lidah buaya. Dari hasil penelitian diketahui, bahwa saat ini sudah banyak alternatif penjualan pelepah lidah buaya dan keadaannya sudah jauh berbeda dengan saat Nugraha 2008 dan Adhiana 2005 melakukan penelitian, dimana saat diadakan penelitian pada waktu itu petani mengalami kesulitan dalam hal pemasaran hasil panen yang berakibat petani tidak dapat memanen secara Usahatani Lidah BuayaPenggunaan InputKegiatan usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor sebenarnya sudah dilakukan sejak lama hal tersebut terlihat dari hasil penelitian Adhiana 2005 dan Nugraha 2008, dimana Kabupaten Bogor pernah dicanangkan sebagai tempat pengembangan komoditas lidah buaya di Provinsi Jawa Barat. Namun yang terlihat di lapang, petani yang menanam lidah buaya saat ini merupakan petani baru. hal ini tercermin dari rata-rata umur tanaman lidah buaya yang dibudidayakan oleh petani. Rata-rata umur tanaman lidah buaya petani secara keseluruhan adalah 3,28 tahun, sedangkan umur tanaman berdasarkan metode penyiangannya adalah 3,75 tahun untuk petani metode herbisida dan 2,75 tahun untuk petani metode manual. Keragaan usahatani lidah buaya dikaji untuk mengetahui gambaran tentang kegiatan usahatani lidah buaya di lokasi penelitian. Keragaan yang dijelaskan berupa penggunaan input, teknik budidaya dan hasil output dari kegiatan usahatani lidah buaya. Penelitian ini dilakukan pada petani yang melakukan panen minimal satu tahun, sehingga komponen input dan output dalam kegiatan persiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan pada awal penanaman tidak bibit dipengaruhi oleh luas lahan dan jarak tanam lidah buaya. Semakin luas lahan dan semakin rapat jarak tanam yang diterapkan maka akan semakin banyak kebutuhan bibitnya. Bibit pada lidah buaya diambil dari anakan yang muncul dari tanaman induknya. Anakan yang layak dijadikan bibit rata-rata berukuran 15 sampai 20 cm. Setiap batang induk dapat menghasilkan 5 sampai 8 anakan yang tumbuh di sekelilingnya. Rata-rata petani responden menggunakan jarak tanam antar baris 1 sampai 1,2 meter dan jarak dalam baris 0,8 sampai 1 meter, sehingga rata-rata bibit yang digunakan per hektarnya mencapai tanaman. Jika berdasarkan metode penyiangannya, petani metode herbisida dalam penanamannya menggunakan jarak tanam antar baris 1 sampai 1,2 meter dengan jarak dalam baris 0,7 sampai 1 meter sehingga per hektar menggunakan bibit rata-rata sebanyak tanaman, sedangkan petani metode manual dalam penanamannya menggunakan jarak tanam antar baris 1 sampai 1,2 dengan jarak dalam baris 0,8 sampai 1 meter sehingga per hektarnya menggunakan rata-rata bibit sebanyak tanaman. Kebutuhan bibit lidah buaya petani metode herbisida lebih banyak dari petani metode manual. Terlihat dari penggunaan jarak tanam pada petani metode herbisida yang lebih rapat mengakibatkan rata-rata penggunaan bibit pada petani herbisida lebih banyak dari petani manual. Jika melihat penggunaan bibit lidah buaya saat ini, jika dibandingkan dengan penelitian Nugraha 2008 dan Adhiana 2005 tidak jauh berbeda. Dimana pada waktu dilakukan penelitian pada waktu itu petani menggunakan jarak tanam antar baris 1 x 1 meter dan jarak dalam baris sampai 1 meter sehingga populasi tanaman per hektar mencapai tanaman. Kebutuhan rata-rata bibit per hektar pada masing-masing metode dapat dilihat pada Tabel wawasan dan pengetahuan mengenai budidaya lidah buaya yang beragam dan tidak ada pendampingan dari penyuluh berdampak pada proses penggunaan input untuk budidaya dan metode penyiangan yang digunakan petani dalam usahatani lidah buaya antar petani berbeda. Penggunaan pupuk pada usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor hanya menggunakan pupuk kandang 90 CR Journal Vol. 02 No. 01, Juni 2016 83-99dalam proses pemanenan. Dalam satu minggu, petani atau pekerja hanya bekerja selama 6 hari kerja, dan setiap hari jumat atau minggu pekerja libur. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan perhitungan 1 HOK = 1 HKP, dengan 1 HKP = 7 jam kerja pria, sedangkan untuk penyetaraan HKW maka menggunakan asumsi 1 HKW = 0,7 HKP, sehingga 1 HKW = 0,7 HOK. Perhitungan ini sesuai dengan UU tentang ketenagakerjaan pasal 77 ayat 2. Penggunaan input tenaga kerja paling banyak pada usahatani lidah buaya secara keseluruhan responden pada kegiatan pemanenan yaitu sebesar 40,74 HOK untuk TKDK dan 200,03 HOK untuk TKLK. Pada petani metode herbisida penggunaan tenaga kerja terbesar pada kegiatan pemanenan yaitu sebesar 43,72 HOK untuk TKDK dan 183,91 HOK untuk TKLK, sedangkan untuk petani metode manual penggunaan TKDK paling banyak pada kegiatan pemanenan sebesar 35,97 HOK dan TKLK pada kegiatan penyiangan gulma sebesar 316,80 HOK. Petani metode herbisida menggunakan tenaga kerja tambahan yaitu dalam kegiatan pembubunan sebesar 15,61 HOK untuk TKDK dan 146,42 HOK untuk TKLK. Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani lidah di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel kotoran domba, berbeda halnya dengan jenis pupuk yang digunakan oleh petani di daerah Pontianak, petani menggunakan pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk abu yang digunakan untuk menetralkan tanah dan pupuk kimia Urea, KCL dan TSP Burhansyah, 2002. Penggunaan herbisida, koran pembungkus dan karung untuk proses panen dalam keragaan usahatani lidah buaya petani di Kaupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 3. usahatani lidah buaya terbagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dalam keluarga TKDK dan tenaga kerja luar keluarga TKLK. Perhitungan tenaga kerja menggunakan standar hari orang kerja HOK yaitu 7 jam/HOK. Hari orang kerja dihitung pada setiap proses budidaya yang dilakukan oleh petani. Jam kerja yang digunakan petani dilahan khususnya untuk perawatan tanaman lidah buaya di lahan selama 7 jam kerja, dimana petani mulai kerja pukul hingga pukul dan dilanjut lagi mulai pukul sampai pukul Usahatani lidah buaya khususnya dalam hal perawatan dan pemanenan petani menggunakan TKLK laki-laki semuanya dan pada waktu pemanenan ada sebagian TKDK perempuan yang ikutSumber Data Primer, 2015, DiolahKeterangan TKDK = Tenaga Kerja Dalam KeluargaTKLK = Tenaga Kerja Luar KeluargaTabel 4. Penggunaan tenaga kerja usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor tahun 2014Sumber Data Primer, 2015, DiolahTabel 2. Kebutuhan Bibit lidah buayaSumber Data Primer, 2015, DiolahTabel 3. Penggunaan input pupuk, herbisida,karung, koran pembungkus per hektar per tahun 91Analisis Sistem Usahatani Lidah Buaya Di Kabupaten Bogor Teknik BudidayaKeragaan usahatani lidah buaya baik metode herbisida maupun manual di Kabupaten Bogor dijelaskan juga tentang teknik atau kegiatan budidaya yang dilakukan. Kegiatan budidaya merupakan aspek yang perlu diperhatikan agar dapat menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil panen yang baik. Kegiatan budidaya lidah buaya yang dilakukan petani responden di Kabupaten Bogor secara umum sama, meliputi tahap pengolahan lahan, pembuatan lubang tanam, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Hanya perbedaan yang sangat mencolok pada tahap perawatan tanaman lidah buaya, dimana dalam proses penyiangan gulma ada dua metode yang digunakan yaitu metode dengan menyemprotkan herbisida dan metode secara manual. Pada metode herbisida petani menggunakan obat herbisida untuk membersihkan lahannya dan pada petani manual menggunakan alat koret, cangkul dan daruk untuk membersihkan rumputnya. Dengan adanya perbedaan metode tersebut dalam kegiatan budidaya usahatani lidah buaya mengakibatkan perbedaan biaya yang harus di keluarkan oleh petani. Dari hasil pengamatan lapang dan wawancara dengan petani, selama ini petani tidak mendapatkan wawasan atau penyuluhan mengenai budidaya lidah buaya yang baik dan benar dari dinas terkait. Petani mendapatkan ilmu cara bercocok tanam lidah buaya melalui membaca buku, informasi dari internet dan melalui petani yang terlebih dahulu telah menanam lidah buaya.• Penyiapan Lahan lahan yang digunakan harus yang subur, kaya akan bahan organik, gembur dan memiliki drainase yang baik. Rata-rata petani menggunakan lahan yang tidak ada aliran irigasi biaya sewa murah.• Pembersihan lahan Penyemprotan alang-alang dengan herbisida 1 ha = 6 liter sampai 10 liter dan pendongkelan.• Pengolahan lahan menggunakan alat cangkul atau traktor. Sistem upah yang berlaku borongan, dengan upah per m2 sebesar Rp sampai Rp Pembuatan bedengan Tujuan untuk tempat menanam lidah buaya dan mengatur drainase di lahan saat musim penghujan agar tanaman lidah buaya tidak tergenang oleh air.• Pembuatan Lubang Tanam dan Pemupukan Dasar Kedalaman lubang tanam antara 10 cm sampai 15 cm. Jarak tanam pada petani metode herbisida yaitu dalam barisan berjarak 0,7 meter sampai 1 meter dan antar bedengan berjarak 1 sampai 1,2 meter, sedangkan pada petani metode manual jarak tanaman dalam baris 0,8 meter sampai 1 meter dan antar bedeng 0,8 meter sampai 1 meter. Setelah pembuatan lubang tanam selesai selanjutnya petani memberikan pupuk dasar 1 Kg/lubang dan dibiarkan 3 sampai 4 hari.• Penanaman Rata-rata populasi tanaman dalam 1 ha pada petani metode herbisida sebanyak tanaman, sedangkan pada petani metode manual rata-rata mencapai tanaman. Secara keseluruhan petani responden, rata-rata populasi tanaman per hektar mencapai tanaman.• Penyulaman Petani melakukan Penyulaman jika ada bibit yang mati atau terserang cendawan.• Penyiangan Gulma Penyiangan gulma perlu dilakukan karena pertumbuhan tanaman lidah buaya akan terganggu dengan adanya gulma pertumbuhan pelepah lidah buaya tidak maksimal serta dapat mengundang hama bekicot. Penyiangan gulma rutin dilakukan 2 bulan sekali. Metode penyiangan ada dua cara yaitu menggunakan metode menyemprotkan cairan herbisida dan ada yang menggunakan metode manual.• Pemupukan rutin dilakukan oleh petani antara 2 sampai 6 kali per tahun, menggunakan pupuk kandang kotoran domba. Pemilihan pupuk kandang karena lebih awet dan saat musim kemarau penyusutan bobot pelepah lidah buaya tidak terlalu banyak dan warnanya juga tidak terlalu kemerahan. • Penjarangan Anakan Penjarangan anakan perlu dilakukan, karena jika anakan di sekitar tanaman induk tidak diambil akan menjadi beban bagi induknya dan menghambat pertumbuhan induknya. Anakan sudah mulai tumbuh sekitar 5 bulan sampai 6 bulan setelah penanaman.• Pembumbunan Tujuan pembumbunan untuk menaikkan tanah yang berada di sekitar bedengan dan menutupi batang lidah buaya agar merangsang pertumbuhan akar, menggemburkan tanah dan memperkokoh berdirinya tanaman.• Pemanenan Dapat dilakukan pada umur 9 bulan sampai 12 bulan setelah tanam. Pemanenan dapat dilakukan sebanyak 1 sampai 2 kali dalam 1 bulan. Saat musim hujan rata-rata hasil panen pelepah lidah buaya petani responden dalam luasan 1 92 CR Journal Vol. 02 No. 01, Juni 2016 83-99Tabel 5. Perbedaan dan kesamaan teknik budidaya petani metode manual dan herbisidaSumber Data Primer, 2015 ha mencapai kurang lebih kg, sedangkan jika berdasarkan metodenya, petani metode herbisida sebesar kg dan kg untuk petani metode manual. Pada musim kemarau atau tidak ada hujan hasil panen bisa turun hampir 30 sampai 50 persen. Ada proses grading ,sebanyak 46,15 persen responden melakukan proses grading 23,08 persen responden metode herbisida, 23,08 persen responden metode manual. grade A yaitu pelepah yang memiliki bobot per pelapahnya diatas 0,6 kg. Sedangkan pelepah yang masuk grade B yaitu pelepah yang bobot per pelepahnya antara 0,4 kg sampai 0,6 kg.• Peremajaan kegiatan ini dilakukan jika batang lidah buaya sudah terlalu panjang, jarak pangkal pelepah sudah terlalu jauh dengan permukaan tanah dan akar-akar yang ada di atas sudah banyak dan tidak tertutup oleh keseluruhan, teknik budidaya antara petani manual dan petani herbisida tidak jauh berbeda. Perbedaan hanya terdapat pada kegiatan pembubunan dan metode penyiangan gulma. Petani metode manual saat melakukan penyiangan gulma, dibarengi dengan pembubunan ringan yaitu hanya menaikan tanah yang jatuh dari bedengan tanpa ada penggemburan. Petani metode herbisida melakukan kegiatan tambahan pembubunan, yaitu dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan menaikkan tanah yang jatuh dari bedengan dan diletakkan di sekitar tanaman lidah buaya. Teknik penyiangan gulma pada petani metode manual menggunakan tangan atau bantuan cangkul/sabit untuk menyiangi gulma. Sedangkan metode penyiangan gulmapada petani metode herbisida yaitu dengan menyemprotkan cairan herbisida dengan bantuan alat hand sprayer ke lahan tanpa mengenai tanaman lidah buaya disela-sela tanaman. Tabel 5 menunjukkan perbedaan dan kesamaan teknik budidaya petani metode herbisida dan usahatani lidah buaya adalah hasil panen pelepah lidah buaya. Bobot per pelepah lidah buaya hasil panen berkisar antara 0,40 kg sampai 1,00 kg. Hasil panen pelepah lidah buaya digolongkan berdasarkan beratnya, penggolongan ini bertujuan untuk melayani penjualan ke supermarket, namun hanya 46,15 persen responden yang pada tahun 2014 melakukan penjualan ke supermarket. Kebanyakan petani menjual hasil panennya ke pabrik baik lewat tengkulak atau langsung ke pabrik. Petani menjual grade B yaitu dengan berat 0,40 sampai 0,60 kg untuk pasokan ke pabrik. Jika untuk grade A tidak ada permintaan, maka pelepah yang memiliki berat 0,60 keatas juga dijual ke pabrik. Perbedaan hasil panen antara petani metode herbisida dan manual yang disajikan pada tabel 6 diduga dipengaruhi oleh teknik dan kegiatan dalam budidaya. tanaman lidah buaya merupakan tanaman yang memiliki perakaran dangkal, sehingga kegiatan yang dilakukan di permukaan tanah sekitar perakaran akan dapat mempengaruhi penyerapan nutrisi. Agar lebih jelasnya perbedaan hasil panen dipengaruhi oleh teknik dan kegiatan dalam budidaya, maka perlu ada penelitian yang lebih lanjut dan mendalam. Tabel 6 menunjukkan hasil panen pelepah lidah buaya di Kabupaten Bogor tahun 2014 dalam luasan satu hektar. 93Analisis Sistem Usahatani Lidah Buaya Di Kabupaten Bogor Uji beda Mann-Whitney U test menggunakan taraf nyata 5 persen. Berdasarkan hasil uji beda komponen input dan output antar metode herbisida dan manual diketahui yang berbeda nyata hanya pada komponen penggunaan herbisida, TKLK dan tenaga kerja total, sedangkan pada komponen output yaitu hasil panen tidak ada komponen yang berbeda nyata. Hasil output olahan dapat dilihat pada Tabel Pendapatan Usahatani Lidah Buaya Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan kegiatan usahatani yang sedang dijalankan. Metode yang digunakan dalam melakukan analisis pendapatan usahatani lidah buaya ini adalah dengan cara membandingkan antara pendapatan petani lidah buaya yang menggunakan penyiangan dengan metode manual, petani yang menggunakan metode herbisida serta rata-rata petani secara Soekartawi 2011, penerimaan usahatani adalah nilai dari perkalian antara total produksi dengan harga satuan produk usahatani. Berikut ini akan dilakukan analisis terhadap penerimaan usahatani lidah buaya pada petani yang menggunakan metode herbisida dan metode manual. Pelepah lidah buaya yang dipanen oleh petani di lokasi penelitian yaitu dua pelepah terbawah dari tanaman lidah buaya. Petani melakukan panen pelepah lidah buaya setiap bulan dengan durasi pengambilan dua minggu sekali atau satu bulan sekali, tergantung berat yang diminta konsumen baik itu dari pabrik atau supermarket. Namun petani dalam satu tahun tidak dapat melakukan panen sebanyak 12 kali, dikarenakan terkendala pada musim kemarau sehingga dalam satu tahun petani hanya melakukan panen sebanyak 8 sampai 9 kali panen. Hasil penen pelepah lidah buaya dibagi menjadi 2 grade, yaitu grade A dan grade B. Pelepah yang termasuk grade A adalah pelepah yang memiliki berat lebih dari 0,6 kg dan masuk penjualan ke supermarket. Pelepah yang masuk ke dalam grade B adalah pelepah yang memiliki berat antara 0,4 sampai 0,6 kg dan penjualannya ke pabrik. Dengan adanya grade pada hasil panen akan mempengaruhi harga hasil panen. Namun jika tidak ada permintaan grade A, petani akan menjual pelepah hasil panennya ke pabrik. Dari hasil wawancara dengan para petani responden pada kedua metode, kebanyakan petani menjual pelepah hasil panen ke usahatani masing-masing berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah produksi, saluran pemasaran, penjualan hasil lidah buaya berdasarkan grade, dan harga jual yang diterima. Hasil panen rata-rata grade B petani responden lidah buaya di Kabupaten Bogor per hektar per tahun sebesar kg, sedangkan hasil panen lidah buaya jika dihitung berdasarkan metode penyiangannya didapatkan, metode herbisida rata-rata hasil panen grade B per tahun per hektar sebesar kg, sedangkan pada petani metode manual sebesar kg. Sedangkan hasil panen rata-rata grade A petani responden lidah Tabel 6. Output hasil petani lidah buaya di Kabupaten Bogor tahun 2014 kg/ha/tahunSumber Data Primer, 2015, DiolahTabel 7. Output Uji Mann-Whitney U Test rata-rata penggunaan input dan hasil output petani lidah buaya metode herbisida dan metode manualSumber Data Primer, 2015, Diolah 94 CR Journal Vol. 02 No. 01, Juni 2016 83-99responden yang menjual langsung ke pabrik pengolahan 7,69 persen responden metode herbisida dan 15,38 persen responden metode manual. Tabel 8 menunjukkan bahwa harga yang diterima petani metode manual lebih tinggi, dikarenakan kebanyakan petani metode manual menjual hasil panennya tanpa melewati tengkulak. Berdasarkan Tabel 8, didapatkan hasil bahwa penerimaan rata-rata petani lidah buaya di Kabupaten Bogor dengan luasan satu hektar selama satu tahun sebesar Rp Sedangkan penerimaan petani berdasarkan metode penyiangan per hektar per tahun yaitu, untuk metode herbisida sebesar Rp dan untuk metode manual sebesar Rp biaya yang harus dikeluarkan petani metode herbisida untuk sarana produksi pupuk kandang sebesar Rp sedangkan untuk petani metode manual sebesar Rp dan rata-rata biaya yang dikeluarkan petani responden secara keseluruhan sebesar Rp Biaya pupuk yang dikeluarkan petani lidah buaya di kabupaten Bogor sangat murah karena hanya menggunakan satu jenis pupuk saja yaitu pupuk kandang berbeda halnya dengan sistem budidaya lidah buaya di daerah kalimantan yang menggunakan tiga jens pupuk dan berdasarkan jurnal dari penelitian Yurisinthae et al 2012 menyebutkan bahwa biaya terbesar dalam usahatani lidah buaya adalah biaya tenaga kerja dan pengeluaran terbesar kedua pada komponen biaya pemakaian pupuk urea dan abu yang mencapai 21,91 persen. Sedangkan pada penggunaan Round-Up hanya digunakan oleh petani metode herbisida, dengan penggunaan selama satu tahun dengan luasan lahan satu hektar sebanyak 28,373 liter, jika diuangkan menghabiskan biaya sebesar Rp buaya di Kabupaten Bogor per hektar per tahun sebesar kg, sedangkan hasil panen lidah buaya jika dihitung berdasarkan metode penyiangannya didapatkan, petani metode herbisida rata-rata hasil panen grade A per tahun per hektar sebesar kg, sedangkan pada petani metode manual sebesar kg. Perbedaan penerimaan grade A pada kedua metode tersebut dikarenakan jumlah petani metode manual lebih banyak yang menjual hasil panen grade A 3 petani dari 5 petani daripada petani metode herbisida 3 petani dari 8 petani. Penerimaan usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor berdasarkan metode dan rata-rata petani secara keseluruhan per hektar per tahun dapat dilihat pada Tabel yang diterima oleh petani responden lidah buaya di Kabupaten Bogor berkisar antara Rp sampai Rp per kilogram untuk grade B dan Rp sampai Rp per kilogram untuk grade ¬A. Perbedaan harga terjadi disebabkan oleh perbedaan saluran pemasaran yang dilalui petani, dan tidak dipengaruhi oleh metode budidaya metode herbisida atau manual. Rata-rata harga yang diterima petani responden lidah buaya di Kabupaten Bogor untuk grade A sebesar Rp per kilogram. Petani yang menjual hasil panen grade A hanya 46,15 persen responden 23,08 persen responden metode herbisida dan 23,08 persen responden metode manual, dimana 30,77 persen responden penjualannya melalui tengkulak, dan 15,38 persen responden menjual hasil panen grade A langsung ke jaringan supermarket. Sedangkan untuk penjualan hasil panen grade B, harga rata-rata yang diterima petani responden sebesar Rp per kilogram. Petani yang menjual grade B ke tengkulak sebanyak 76,92 persen responden dan hanya 23,08 persen Tabel 8. Penerimaan usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor tahun 2014Sumber Data Primer, 2015, Diolah 95Analisis Sistem Usahatani Lidah Buaya Di Kabupaten Bogor Sedangkan jika dirata-rata, pengeluaran biaya untuk penggunaan Round-Up petani responden secara keseluruhan sebesar Rp per hektar per tahun. Pembungkus koran digunakan untuk penjualan lidah buaya grade A. Biaya yang di keluarkan untuk pembungkus koran petani metode manual sebesar Rp dan pada petani metode herbisida sebesar Rp Sedangkan jika dirata-rata secara keseluruhan, pengeluaran biaya koran petani responden lidah buaya di Kabupaten Bogor per hektar per tahun sebesar Rp Karung perlu diganti setiap tahunnya karena karung digunakan untuk proses pemanenan, dan jika karung terus menerus terkena getah dari lidah buaya maka akan cepat rapuh. Biaya yang dikeluarkan petani metode herbisida untuk karung per tahunnya sebesar Rp sedangkan untuk petani metode manual sebesar Rp Jika dirata-rata secara keseluruhan petani responden mengeluarkan biaya karung per tahun sebesar Rp tenaga kerja laki-laki berkisar antara Rp sampai Rp dengan waktu kerja selama 7 jam. Pada Tabel 8 disajikan informasi mengenai penggunaan biaya TKDK dan TKLK per hektar per tahun pada petani metode herbisida maupun manual serta rata-rata petani responden secara keseluruhan. Rata-rata biaya terbesar pada petani responden secara keseluruhan pada kegiatan pemanenan. Hal ini disebabkan kegiatan pemanenan selalu di lakukan oleh petani responden secara keseluruhan hampir setiap bulan. Jika dilihat biaya yang dikeluarkan petani berdasarkan metode penyiangan, biaya yang dikeluarkan petani metode manual lebih banyak mengeluarkan biaya daripada petani metode herbisida karena pada petani manual lebih banyak mengeluarkan biaya dalam hal penyiangan karena masih menggunakan metode manual. Meskipun dalam kegiatan penyiangan petani metode herbisida mengeluarkan biaya yang relatif kecil, namun petani metode herbisida harus mengeluarkan biaya tambahan untuk melakukan kegiatan pembubunan. Besarnya biaya pembubunan pada petani metode herbisida tidak sebesar biaya yang dikeluarkan petani metode manual dalam kegiatan penyiangan, sehingga besaran biaya yang dikeluarkan petani manual masih lebih besar dari petani metode biaya tenaga kerja yang digunakan pada usahatani lidah buaya rata-rata petani responden per hektar per tahun di Kabupaten Bogor sebesar Rp dengan rincian biaya yang dikeluarkan untuk TKDK sebesar Rp dan Rp untuk biaya TKLK. Rata-rata upah tenaga kerja untuk usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor sebesar Rp per HOK. Jika dilihat pengeluaran biaya total tenaga kerja pada masing-masing metode penyiangan per hektar per tahun yaitu total biaya tenaga kerja yang dikeluarkan pada usahatani lidah buaya petani metode herbisida sebesar Rp dengan rincian biaya yang dikeluarkan untuk TKDK sebesar Rp dan Rp untuk biaya TKLK. Rata-rata upah kerja yang dikeluarkan petani metode herbisida sebesar Rp per HOK. Sedangkan pada usahatani lidah buaya metode manual total biaya yang keluarkan sebesar Rp dengan rincian biaya yang dikeluarkan untuk TKDK sebesar Rp dan Rp untuk biaya TKLK. Rata-rata upah yang harus dikeluarkan petani metode manual sebesar Rp per HOK. Tabel 9 menampilkan biaya tenaga kerja usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor tahun sewa lahan petani lidah buaya di bedakan menjadi biaya sewa lahan milik sendiri, nantinya akan masuk ke biaya diperhitungkan 23,08 persen responden 7,69 persen responden metode herbisida, 15,38 persen responden metode manual dan dikenai biaya pajak, sedangkan biaya petani yang sewa masuk ke biaya tunai. Tabel 10 memperlihatkan rata-rata biaya pajak yang dikeluarkan petani pada masing-masing biaya penyusutan alat pertanian petani responden lidah buaya di Kabupaten Bogor per hektar per tahun sebesar Rp Jika dilihat besaran biaya penyusutan alat pertanian per hektar per tahun berdasarkan metode penyiangan di Kabupaten Bogor diketahui pada petani metode herbisida sebesar Rp dan Rp untuk petani metode manual. Biaya penyusutan alat terbesar pada petani metode manual. Biaya penyusutan alat terbesar pada masing-masing metode yaitu, pada petani metode herbisida adalah biaya penyusutan hand sprayer dan pada petani metode manual adalah biaya pisau. Total biaya bibit yang dikeluarkan petani responden lidah buaya di Kabupaten Bogor per hektar per tahun sebesar Rp Jika dilihat 96 CR Journal Vol. 02 No. 01, Juni 2016 83-99Total biaya penyusutan alat pertanian petani responden lidah buaya di Kabupaten Bogor per hektar per tahun sebesar Rp Jika dilihat besaran biaya penyusutan alat pertanian per hektar per tahun berdasarkan metode penyiangan di Kabupaten Bogor diketahui pada petani metode herbisida sebesar Rp dan Rp untuk petani metode manual. Biaya penyusutan alat terbesar pada petani metode manual. Biaya penyusutan alat terbesar pada masing-masing metode yaitu, pada petani metode herbisida adalah biaya penyusutan hand sprayer dan pada petani metode manual adalah biaya pisau. Total biaya bibit yang dikeluarkan petani responden lidah buaya di Kabupaten Bogor per hektar per tahun sebesar Rp Jika dilihat pengeluaran biaya bibit pada masing-masing metode berdasarkan metode penyiangan per hektar per tahun, pada petani metode herbisida sebesar Rp dan pada petani metode manual sebesar Rp Perhitungan bibit menggunakan umur produktif Uji beda Mann-Whitney U test pada biaya input dan penerimaan antara petani lidah buaya metode herbisida dan manual dengan taraf nyata 5 persen diketahui hanya pada komponen biaya herbisida, TKLK dan tenaga kerja total yang ada indikasi berbeda nyata. Komponen penyusutan bibit, pupuk, TKDK, biaya sewa lahan, biaya penyusutan peralatan dan komponen penerimaan penerimaan grade A, grade B, penerimaan total tidak ada yang berbeda nyata. Tabel 11 menampilkan hasil uji beda biaya input dan penerimaan pada usahatani liah buaya di Kabupaten Bogor tahun pendapatan usahatani lidah buaya terdiri dari analisis pendapatan atas biaya tunai dan analisis pendapatan terhadap biaya total. Pendapatan usahatani lidah buaya didapat dari pengurangan penerimaan usahatani dengan pengeluaran usahatani. Komponen biaya pada analisis pendapatan ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai terdiri dari biaya sarana produksi seperti pupuk dan pestisida, biaya pembungkus koran, karung, biaya tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga TKLK, biaya Tabel 9. Biaya tenaga kerja pada usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor tahun 2014Sumber Data Primer, 2015, DiolahTabel 10. Biaya pajak dan sewa lahan usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor tahun 2014 Rp/ha/ tahunSumber Data Primer, 2015, Diolah 97Analisis Sistem Usahatani Lidah Buaya Di Kabupaten Bogor sewa lahan dan biaya pajak tanah. Sedangkan biaya yang termasuk kedalam komponen biaya tidak tunai antara lain biaya penyusutan alat-alat pertanian, biaya bibit, biaya tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga TKDK dan biaya sewa lahan milik sendiri. Pada akhir analisis pendapatan akan dilakukan perhitungkan terhadap nilai R/C atau nilai imbangan antara penerimaan dan biaya yang merupakan perbandingan antara penerimaan kotor yang diterima petani usahatani lidah buaya baik metode herbisida maupun manual dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi. Penerimaan, pengeluaran, pendapatan dan nilai R/C usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor tahun 2014 per hektar per tahun dapat dilihat pada Tabel tabel 12, pendapatan atas biaya tunai yang dihasilkan rata-rata petani lidah buaya di Kabupaten Bogor per hektar per tahun sebesar Rp sedangkan jika berdasarkan metode penyiangannya petani metode manual lebih besar pendapatannnya yaitu sebesar Rp dari pendapatan petani metode herbisida, yang hanya sebesar Rp Sedangkan pendapatan atas biaya total, rata-rata petani responden lidah buaya di Kabupaten Bogor secara keseluruhan per hektar per tahun sebesar Rp jika dilihat berdasarkan metode penyiangannya pada petani metode herbisida sebesar Rp dan pada petani metode manual sebesar Rp Rendahnya pendapatan petani metode herbisida daripada petani metode manual dikarenakan total panen pelepah lidah buaya petani metode manual lebih banyak dari petani metode herbisida, adanya biaya tambahan pada kegiatan pembubunan pada petani metode herbisida dan petani manual memperoleh harga jual yang lebih tinggi ketimbang harga jual petani metode rasio R/C atas biaya tunai rata-rata petani lidah buaya di Kabupaten Bogor sebesar 3,40, sedangkan jika berdasarkan metode penyiangan diketahui nilai rasio R/C metode herbisida sebesar 3,41 dan pada metode manual sebesar 3,39. Nilai R/C atas biaya total petani metode herbisida, manual dan rata-rata petani secara keseluruhan di Kabupaten Bogor memiliki nilai yang sama, yaitu sebesar 2,82. Nilai R/C memiliki interpretasi jika terdapat penambahan biaya sebesar Rp1 maka penerimaan yang diperoleh akan bertambah sebesar nilai R/C. Nilai rasio R/C memiliki interpretasi jika terdapat penambahan biaya sebesar Rp1 maka Tabel 11. Output uji beda Mann-Whitney U Test raat-rata biaya penggunaan input dan penerimaan pada usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor tahun 2014 α = 5 %Sumber Data Primer, 2015, DiolahTabel 12. Penerimaan, pengeluaran, pendapatan dan nilai rasio R/C usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor tahun 2014Sumber Data Primer, 2015, Diolah 98 CR Journal Vol. 02 No. 01, Juni 2016 83-99penerimaan yang diperoleh akan bertambah sebesar nilai rasio R/C. Tingginya nilai rasio R/C usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor dikarenakan sewa lahan petani yang murah karena petani menggunakan lahan yang tidak potensial untuk dijadikan tempat bertani, selain itu petani hanya menggunakan pupuk kandang dan harganya relatif ke belakang backward linkages sistem usahatani lidah buaya dengan pengadaan sarana produksi atau input-input produksi sudah baik dikarenakan petani sudah dapat mengakses dan memperoleh faktor-faktor produksi dengan mudah namun pengadaan pupuk kandang kotoran domba masih belum terkontrol. Keterkaitan ke depan forward linkages sistem usahatani lidah buaya memiliki performa yang juga baik, dimana saat ini sudah ada kejelasan pasar untuk pemasaran hasil panen dan sudah ada usaha pengolahan di sekitar wilayah Kabupaten Bogor, namun kekuatan tawar petani rendah jika petani menjual ke pihak tengkulak. Sedangkan untuk keragaan usahatani lidah buaya dalam hal budidaya relatif sudah baik, berdasarkan hasil penelitian petani tidak memiliki kesulitan dalam hal budidaya namun masih beragamnya cara budidaya antar petani mulai dari jarak tanam yang berbeda-beda, penggunaan pupuk yang bervariasi serta cara penyiangan yang berbeda-beda mengakibatkan produktivitas panen lidah buaya yang tidak maksimal. Penggunaan input dalam usahatani lidah buaya antara metode penyiangan manual dan herbisida berbeda nyata pada taraf 5 persen sedangkan pada output tidak berbeda nyata. Pada penggunaan input, komponen yang berbeda nyata adalah penggunaan herbisida, tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja keseluruhan. Sedangkan pada outputnya pada hasil panen grade A, grade B dan hasil panen secara total pada kedua metode. Total hasil panen metode manual lebih besar dari metode herbisida. Besarnya penerimaan tunai yang diperoleh petani manual selain karena hasil panen yang lebih tinggi, juga karena faktor harga yang diterima petani metode manual lebih keseluruhan kegiatan usahatani lidah buaya metode herbisida dan metode manual yang dilakukan petani di Kabupaten Bogor lebih dari 1. Nilai R/C atas biaya tunai petani lidah buaya di Kabupaten Bogor sebesar 3,40. Jika dilihat nilai R/C atas biaya tunai berdasarkan metode penyiangannya, metode herbisida sebesar 3,41 dan 3,39 pada petani metode manual. Sedangkan nilai R/C atas biaya total petani lidah buaya di Kabupaten Bogor baik metode manual, herbisida dan petani secara keseluruhan yaitu sama, sebesar 2,82. Meskipun kedua metode sama-sama menguntungkan nilai R/C > 1, namun usahatani lidah buaya dengan metode manual lebih menguntungkan. Hal ini dilihat dari nilai pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total petani metode manual lebih tinggi dari metode herbisida. Prinsip petani yang lebih penting adalah pendapatan riil yang hal yang dapat dilakukan lebih lanjut dari usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor agar usahatani lidah buaya dapat berkembang. Masih beragamnya cara budidaya dapat disiasati dengan pembuatan SOP dan sosialisasi SOP mengenai budidaya lidah buaya yang baik. Hal ini bertujuan agar teknik budidaya menjadi seragam dan petani dapat menghasilkan panen yang optimal. Selain itu pihak penyuluh diharapkan berperan aktif dalam melakukan pendampingan petani dalam budidaya lidah buaya, sehingga petani dapat memperoleh wawasan mengenai usahatani lidah buaya yang baik khususnya dalam hal budidaya. Lemahnya kekuatan tawar petani jika menjual ke pihak tengkulak dapat disiasati dengan membentuk suatu lembaga yang menaungi para petani lidah buaya yang saat ini sudah mengusahakan lidah buaya atau petani yang akan menanam lidah buaya. Lembaga ini seperti kelompok tani atau koperasi. Tujuan dibentuknya lembaga ini untuk memberikan wadah agar petani dapat saling bertukar pikiran, memperkuat kekuatan tawar petani lidah buaya di Kabupaten Bogor serta dapat menjadi wadah untuk memperluas pasar hasil panen lidah TERIMA KASIHTerima kasih penulis sampaikan kepada Siti Jahroh selaku dosen pembimbing yang selalu membantu penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih kepada petani lidah buaya di Kabupaten Bogor dan semua pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih dan penghargaan juga penulis sampaikan 99Analisis Sistem Usahatani Lidah Buaya Di Kabupaten Bogor kepada kedua orang tua penulis, Bapak Eriyanto dan Ibu Roto Hartatik, atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu penulis juga berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu selama proses penyusunan karya ilmiah ini, teman-teman program sinergi Agribisnis IPB angkatan 3, seluruh teman-teman Agribisnis IPB angkatan 2011 dan semua teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dewan Redaksi CR Journal BP3Iptek Provinsi Jawa Barat atas dukungan dan bantuannya sehingga karya ilmiah ini dapat diterbitkan. Semoga karya ilmiah ini PUSTAKA Usahatani Lidah Buaya Aloe Vera di Kabupaten Bogor .Tesis. Institut Pertanian Bogor.Usaha dengan Prospek yang Kian Berjaya. Yogyakarta Pustaka Baru A. 2013 Lidah Buaya Khas Lahan Gambut Kalbar [WWW] Badan Litbang Pertanian Lahan Rawa. Diperoleh dari [Diakses 09/04/15].Burhansyah, R. 2002 Analisis Ekonomi Usahatani Lidah Buaya di Kota Pontianak. Skripsi. Institut Pertanian Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat 2014 Produksi Tanaman Obat di Jawa Barat Tahun 2008-2014 [WWW] Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Diperoleh dari [Diakses 12/12/14].Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013 Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2014. Jakarta Direktorat Jenderal Hortikultura Kementrian Kesehatan Indonesia 2015 Kemkes Kembangkan Budaya Minum Jamu [WWW] Kebijakan Kesehatan Indonesia. Diperoleh dari [Diakses 08/04/15]Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 2014 Omzet Jamu dan Obat Tradisional Menjacai 15T [WWW] Kementrian Perindustrian RI. Diperoleh dari [Diakses 15/12/14].Kurniawan, D. 2010. Alternatif Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Pontianak Studi Pertanian Lidah Buaya. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol 21 No 1 April 2010 halaman 19-36. Nazir, M. 2003 Metode Penelitian. Jakarta Ghalia S. 2008 Analisis Kinerja Usahatani dan Pengolahan Lidah Buaya di Kabupaten Bogor. Skripsi. Bogor Institut Pertanian A. 1981 Proverty and Famines As Essay on Entitlement and Deprivation. London Clarendon Press Dillon, J L. Hardaker, J B. Dan Soeharjo, A. 2011 Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta UI 2002 Analisis Usahatani. JakartaUI K. 2008 Ilmu Usatani. Jakarta Penebar Swadaya. Yurisinthae, E. Eva, D. dan Ani, M. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Lidah Buaya di Sentra Produksi Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Ilmu Pengetahuan Rekayasa Politeknik Negeri Pontianak, Edisi Januari 2012, 18-26. ... Farmers only focused on cultivation activities until Carica harvest, while post-harvest activities that created marketing costs were not conducted. This was consistent with research conducted by Situmorang et al. 2015, Suprabowo et al. 2017, and Badriadi et al. 2020, in which the length of the marketing channel will have an impact on lower farmer's share. ...Rallyanta TariganAlla AsmaraNia Kurniawati HidayatThe main problem of Carica farming in Kejajar District was the differences in farmers' prices in the collection and processing Carica fruit industry. The product marketed by the farmers was fresh Carica fruit and information about the minimum selling price caused them to be unable to determine the right institution. These problems affected Carica's marketing channel, leading to market inefficiencies. This study's place was selected purposively in Kejajar District, Wonosobo Regency, with the consideration that Kejajar Subdistrict is a Carica center with a production of 4,589 tons 68% of the total Carica production in Wonosobo Regency. The research was conducted from October - November 2020. The Structure Conduct Performance SCP method was used to analyze the marketing channels. The results of the marketing channel analysis show that the market structure formed at the farm level was in the form of a purely competitive market, and at the trader level, the market structure was formed by oligopoly. There were six Carica-marketing channels with cash payment systems, and the merchant determined the purchase price. The highest farmer’s share and profit to cost ratio was channel I farmer → processing industry and VI farmer → village collector → processing industry. The marketing efficiency analysis results show that the marketing of Carica was inefficient because the farmer's share at four marketing channels received by farmers was still less than 40%. Keywords Carica Carica pubescens, farming, marketing channels, marketing efficiency, SCP... Studi-studi terdahulu menemukan bahwa saluran dengan simpul akhir pada industri pengolahan masih dikatakan efisien walaupun perolehan farmer's sharenya rendah Muslim dan Darwis 2012;Azis et al.,2017; Suprabowo et al., 2017. Suprabowo meneliti mengenai Analisis Nilai Tambah dan Sistem Pemasaran Lidah Buaya di Kabupaten Bogor dan menemukan bahwa saluran 4 dengan simpul akhir pada industri pengolahan lidah buaya menjadi koktail dan jus lebih efisien. ...This study was aimed to analyze the marketing performance of seaweed in Takalar District, South Sulawesi and to analyze the value added obtained from seaweed processing into pure carrageenan powder semi refined carrageenan. The respondents in this study were 100 fishermen, 37 merchants, 3 wholesalers, 2 exporters, and 1 processing industry. Seaweed marketing performance was measured by marketing efficiency with criteria of marketing margin, farmer’s share and profit margin ratio, whereas value added was analyzed using Hayami’s method. Results showed that there were 5 seaweed marketing channels. Based on the analysis of marketing efficiency, it was found that channel 4 was a relatively efficient channel compared to other channels with the lowest margin value and the highest farmer’s share value of and respectively, and the distribution of profit margin ratio spread evenly with the total profit margin ratio of The value added of seaweed processing into carrageenan powder was Rp 13 /kg with a ratio of 44% and was classified as a high value added due to its value which was more than 40%Lidah Buaya Khas Lahan Gambut Kalbar [WWW] Badan Litbang Pertanian Lahan RawaA DestinaDestina, A. 2013 Lidah Buaya Khas Lahan Gambut Kalbar [WWW] Badan Litbang Pertanian Lahan Rawa. Diperoleh dari iew=article&id=1328lidah-buaya-khaslahan-gambut-kalbar&catid=13info-aktual&Itemid/ [Diakses 09/04/15].Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat TahunJenderal DirektoratHortikulturaDirektorat Jenderal Hortikultura. 2013 Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2014. Jakarta Direktorat Jenderal Hortikultura Kementrian Pertanian. Kebijakan Kesehatan Indonesia 2015Alternatif Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Pontianak Studi Pertanian Lidah BuayaD KurniawanKurniawan, D. 2010. Alternatif Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Pontianak Studi Pertanian Lidah Buaya. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol 21 No 1 April 2010 halaman Penelitian. Jakarta Ghalia IndonesiaM NazirNazir, M. 2003 Metode Penelitian. Jakarta Ghalia Kinerja Usahatani dan Pengolahan Lidah Buaya di Kabupaten Bogor. Skripsi. Bogor Institut Pertanian BogorS NugrahaNugraha, S. 2008 Analisis Kinerja Usahatani dan Pengolahan Lidah Buaya di Kabupaten Bogor. Skripsi. Bogor Institut Pertanian Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani KecilSoekartawiJ L DillonJ B Dan HardakerA SoeharjoSoekartawi. Dillon, J L. Hardaker, J B. Dan Soeharjo, A. 2011 Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta UI Press. Soekartawi. 2002 Analisis Usahatani. JakartaUI Usatani. Jakarta Penebar SwadayaK SuratiyahSuratiyah, K. 2008 Ilmu Usatani. Jakarta Penebar Swadaya.
FilterKesehatanObat - ObatanLainnyaRumah TanggaTamanMakanan & MinumanMinumanBuahPerawatan TubuhMasukkan Kata KunciTekan enter untuk tambah kata 336rb+ produk untuk "lidah buaya" 1 - 60 dari 336rb+UrutkanAdTerlarisPelepah/Batang Lidah Buaya aloevera 9 rb+Adbibit lidah buaya jumbo/Aloe vera 21AdAloe Vera Kupas / Aloevera Kupas / Lidah Buaya Kupas 500 500+AdTanaman lidah buaya/berbandensis 15 rbDepokLusiana 7AdAloevera Pelepah Lidah Buaya Jumbo 2 rb+bibit lidah buaya jumbo barbadensis miller 100% size 100+Bibit Tanaman Obat Lidah Buaya Daun Lidah Buaya Aloe 1 rb+Aloevera Bibit Lidah Buaya Jumbo 750+Tokopedia BeautyNature republic Aloe Vera Soothing Gel 92% 9 rb+TerlarisNATURE REPUBLIC Aloe Vera 92% Soothing Gel PusatNATURE REPUBLIC 100 rb+
Siapa sih yang tak kenal dengan lidah buaya? Tanaman yang juga bernama aloe vera ini tentunya sudah cukup familiar di telinga masyarakat Indonesia. Pasalnya, lidah buaya sudah diketahui secara turun-temurun memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Di pasaran sendiri, lidah buaya biasanya dijual per kg dengan harga terjangkau. Harga Lidah Buaya credit globosurferManfaat dan Kandungan Lidah Buaya Lidah buaya sebenarnya adalah salah satu jenis tanaman yang berasal dari Afrika dan termasuk golongan Liliaceae. Perkembangan industri dagang serta banyaknya orang yang bisa berlalu-lalang dari satu negara ke negara lain, membuat tanaman ini mampir dan dikenal oleh banyak orang, termasuk orang Indonesia. Pada akhirnya, lidah buaya dapat dibudidayakan dengan baik di Nusantara. Berkat perkembangan dunia IPTEK, lidah buaya tidak hanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Secara turun-temurun, lidah buaya sudah dikenal sebagai salah satu jenis TOGA Tanaman obat Keluarga. Selain dimanfaatkan sebagai obat tradisional, aloe vera juga sering dipakai untuk membuat kosmetik dan produk perawatan rambut. Keistimewaan lidah buaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat dan bahan kosmetik terdapat pada gelnya. Berbeda dengan jenis tumbuhan lain, lidah buaya yang kaya air memiliki gel yang lengket dan banyak. Gel lidah buaya tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan utama untuk membuat pelembap kulit. Meskipun terbilang agak lengket, jika diproses dengan baik, sensasi lengketnya akan hilang. Gel lidah buaya juga terbilang ringan dan tidak terlalu padat, sehingga dapat diserap kulit dengan baik. Beberapa produsen kosmetik juga kerap membuat produk pembersih badan dari lidah buaya, seperti sabun dan shampoo. Ini karena aloe vera memiliki kandungan saponin pada gelnya yang bersifat menggumpalkan kotoran di kulit atau rambut dan membersihkannya bersama dengan air.[1] Selain mengandung saponin, gel lidah buaya juga mengandung vitamin A, vitamin C, mineral, vitamin E, asam folat, kolin, enzim, serat, dan masih banyak lagi. Berkat banyaknya nutrisi pada lidah buaya, banyak orang yang menjadikannya sebagai bahan untuk membuat aneka hidangan yang lezat. Ilustrasi Lidah Buaya Untuk Dikonsumsi credit emedihealthLidah Buaya untuk Dikonsumsi Salah satu hidangan yang sering dibuat oleh masyarakat Indonesia dari aloe vera adalah es lidah buaya. Cara membuat es lidah buaya tidaklah sulit, karena Anda hanya memerlukan satu helai daun lidah buaya, gula pasir, es batu, jeruk lemon, kapur sirih, dan kental manis. Setelah semua bahan siap, cuci lidah buaya menggunakan sikat hingga bersih dan keringkan dengan lap. Kupas kulit lidah buaya dan potong daging buahnya dengan pola dadu. Siapkan panci dan isi dengan air sebanyak 500 ml. Masak air hingga mendidih pada api sedang dan masukkan daging lidah buaya. Untuk menghilangkan lendir pada daging buah lidah buaya, Anda bisa menambahkan ¼ sendok teh kapur sirih ke dalam air rebusan. Setelah lidah buaya direbus, tiriskan dan bilas dengan air bersih. Masukkan daging lidah buaya ke dalam panci lagi dan tambahkan air serta gula secukupnya. Masak lidah buaya hingga teksturnya tidak terlalu keras namun masih crunchy. Matikan kompor jika air sudah mendidih dan biarkan hingga dingin. Siapkan gelas saji dan hias bagian dalamnya menggunakan kental manis secukupnya. Tuang es batu sesuai selera dan potong jeruk lemon tipis-tipis. Masukkan 2 hingga 3 irisan jeruk lemon ke dalam gelas saji, lalu tuang lidah buaya bersama dengan airnya. Es lidah buaya yang sudah jadi siap dihidangkan. Untuk membuat resep minuman lidah buaya di atas, pastikan Anda sudah memiliki satu helai lidah buaya. Jika Anda ingin menjadikan resep tersebut sebagai salah satu peluang bisnis, sebaiknya Anda membeli lidah buaya dalam jumlah yang banyak atau kiloan. Yang penting, pastikan Anda mengetahui harga lidah buaya. Sehingga, Anda bisa menghitung modal dan keuntungan bisnis minuman tersebut. Tidak sulit menemukan lidah buaya. Aloe vera saat ini sudah bisa dibeli di minimarket dan pusat perbelanjaan. Jika Anda merasa pergi ke pasar atau swalayan terlalu repot, Anda pun bisa membelinya secara online. Berikut referensi harga lidah buaya per kg. Lidah Buaya Siap Jual sumber Varian Lidah Buaya Harga per Kg Lidah Buaya Organik Bibit Lidah Buaya Lidah Buaya Kupas Pelepah Lidah Buaya Lidah Buaya Segar Harga aloe vera di atas telah kami rangkum dari berbagai macam sumber, termasuk situs jual beli online. Harga lidah buaya tersebut tentu tidak terikat dan dapat berubah sewaktu-waktu. Jika dibandingkan dengan tahun 2020, harga lidah buaya per kg tahun 2021 dan 2022 mengalami perubahan. Sebagai contoh, lidah buaya kupas dijual dengan harga hingga per kg tahun 2020, berubah menjadi tahun 2021, naik menjadi tahun 2022. [Update Almas] [1] Suryani, Ani, dkk. 2005. Kajian Penggunaan Lidah Buaya Aloe Vera dan Bee Pollen pada Pembuatan Sabun Opaque. Jurnal Teknik Industri Pertanian, Vol. 152 40-45. Pos terkaitHarga Sewa ELF di Surabaya Short dan LongUpdate Harga Serum Kiehl’s Berbagai KemasanUpdate Harga Ikan Buntal Hias Air TawarUpdate Harga La Marzocco Linea Mini dan SpesifikasinyaUpdate Harga Kawasaki KSR 110 & KSR Pro BekasInfo Terbaru Harga Pupuk Dolomit per Kg dan per Sak
Lidah BuayaAnalisa Usaha Lidah BuayaSistem Produksi Tanaman HiasPerhitungan Biaya Produksi Tanaman HiasStrategi Pemasaran ProdukEvaluasi Hasil Tan Lidah Buaya Analisa Usaha Lidah Buaya – Bisnis, Harga, Wirausaha & Permintaan – Lidah buaya Aloe vera adalah sejenis tumbuhan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit. Tumbuhan ini dapat ditemukan dengan mudah di kawasan kering di Afrika. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, manfaat tanaman lidah buaya berkembang sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetika, serta sebagai bahan makanan dan minuman kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian, tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat seperti enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida dan komponen lain yang sangat bermanfaat bagi itu, menurut Wahyono E dan Kusnandar 2002, lidah buaya berkhasiat sebagai anti inflamasi, anti jamur, anti bakteri dan membantu proses regenerasi sel. Di samping menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes, mengontrol tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung penyakit kanker, penderita HIV/AIDS. Tanaman lidah buaya termasuk semak rendah, tergolong tanaman yang bersifat sukulen dan menyukai hidup di tempat kering. Batang tanaman pendek, mempunyai daun yang bersap-sap melingkar roset. Panjang daun 40-90cm, lebar 6-13cm, dengan ketebalan lebih kurang 2,5cm dipangkal daun, serta bunga berbentuk lonceng. Baca Juga [Lengkap] Cara Menanam Lidah Buaya Agar Cepat Besar Dan Kandungannya Yang perlu anda persiapkan untuk memulai usaha ini adalah lahan yang cukup untuk menanam lidah buaya. Selain itu anda juga membutuhkan pengetahuan dasar bagaimana cara menanam dan merawat lidah buaya yang baik. Langkah pertama adalah menyiapkan lahan. Siapkan lahan yang sudah dibajak. Kemudian kita melakukan pembibitan. Pembibitan dilakukan dengan cara vegetatif. Maksudnya bibit diambil dari tanaman induk berupa anakkan dengan jalan dicongkel dan diusahakan agar akarnya tidak putus. Anakan yang telah di dapatkan ditanam dalam polibag bisa juga di pot. Setelah masa pembibitan mencapai waktu yang ditentukan, kemudian bibit tanaman lidah buaya ditanam dalam lubang dengan kedalaman kurang lebih 10 cm. Pada waktu penamanan diusahakan agar tanaman lidah buaya tidak berhimpitan. Kemudian kita lakukan pemeliharaan tanaman lidah buaya dilakukan dengan cara memasukan pupuk kandang kurag lebih dua sampai lima kilogram dalam waktu 1-2 minggu sebelum ditanam. Kemudian setelah pasca tanam dapat diberikan pupuk Urea dan Furadan. Lidah buaya sudah dapat dipanen pada umur delapan bulan sampai satu tahun setelah tanam. Baca Juga Budidaya Jamur Merang Sistem Produksi Tanaman Hias Siapkan Media Tanam yang Tepat Tanaman ini akan tumbuh subur apabila ditanam di media yang gembur, remah, dan tentunya banyak mengandung zat hara. Untuk membuat media tanam dengan kriteria ini, Anda bisa mencampurkan tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 221. Diamkan media tanam ini selama 3-5 hari terlebih dahulu sebelum bisa digunakan. Pemilihan Varietas yang Sesuai Ada banyak sekali varietas lidah buaya saat ini. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Misalnya lidah buaya dari varietas Aloe berbeda jenis salah satunya yaitu Mileer tanaman ini mempunyai batang yang berukuran sangat besar dibandingkan dengan tumbuhan lidah buaya yang lain. Selain indah dan menyejukkan mata, lidah buaya dari varietas ini bisa dimanfaatkan bagian dagingnya lebih maksimal. Teknik Perbanyakan Tanaman Ada beberapa metode yang dapat diterapkan untuk memperbanyak tanaman lidah buaya. Di antaranya yang paling terkenal yaitu anakan dan biji. Secara garis besar, teknik perbanyakan lidah buaya melalui anakan jauh lebih mudah daripada biji. Triknya ialah pilihlah anakan lidah buaya yang sudah mempunyai sistem perakarannya sendiri. Selain di tanah langsung, Anda juga bisa menanam anakan tersebut di pot atau polybag. Tanamkan anakan lidah buaya pada kedalaman 10-15 cm agar seluruh sistem perakarannya tertutup oleh tanah. Pemeliharaan yang Benar Sekali lagi kami ingatkan bahwa lidah buaya memiliki habitat asli di daerah gurun. Jadi tanaman ini sangat rentan terhadap air. Anda bisa menyiram seperlunya saja untuk membasahi media tanam. Usahakan tanaman lidah buaya yang Anda rawat dapat memperoleh cahaya matahari langsung secara maksimal. Tanaman ini sangat menyukai sinar alami dari matahari sehingga dapat meningkatkan kesuburannya. Perlu juga dilakukan pemupukan memakai pupuk organik setiap 3 bulan sekali. Ganti Wadah secara Berkala Apabila Anda tidak menanam lidah buaya langsung di tanah, melainkan menggunakan wadah penanaman berupa pot atau polybag, sebaiknya gantilah wadah tersebut secara berkala. Idealnya adalah 6 bulan sekali tergantung tingkat pertumbuhan tanaman di dalamnya. Dengan rutin mengganti pot yang lebih besar, makan media tanam tetap mampu menyimpan nutrisi cukup yang dibutuhkan oleh lidah buaya. Baca Juga 11 Tahap Budidaya Jahe Merah Dalam Polybag Dan Analisisnya Perhitungan Biaya Produksi Tanaman Hias Rencana Analisis Anggaran Keuangan Pembelian bibit,pupuk kandang,dan polybag Polybag ukuran 35×353 kg polybag = Rp Pupuk kandang 1 poly bag membutuhkan 6 kg x 100 polybag = 600 kg x 15 = Rp Pembelian bibit 100 bibit x Rp 2000 = Rp Polybag = Rp Pupuk kandang = Rp Bibit lidah buaya = Rp Jumlah = Rp Pemasukan Penjualan bibit Bibit kecil = Rp. 3000 Bibit sedang = Rp. 5000 Bibit besar = Rp. 7000 Bibit kecil hari terjual 100 x Rp. 3000 = Rp. Bibit sedang hari terjual 100 x Rp. 5000 = Rp. Bibit besar hari terjual 100 x Rp. 7000 = Jumlah Rp. x 30 hari = Rp Jumlah total pemasukan Rp. Keuntungan bulan => Jumlah pemasukan – jumlah pengeluaran => Rp. – = Rp Baca Juga 15 Cara Budidaya Kapulaga Agar Cepat Panen Dan Manfaatnya Strategi Pemasaran Produk Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yg memuaskan kebutuhan pembeli. Kita ketahui bahwa lidah buaya memiliki banyak manfaat, sehingga lidah buaya sangat dicari oleh masyarakat. Oleh karena itu kami memasarkan produk lidah buaya untuk kebutuhan masyarakat. Hal pertama yang dilakukan untuk melakukan pemasaran produk lidah buaya adalah Perencanaan Hal pertama yang harus dilakukan untuk memasarkan sebuah produk adalah memberi nama dari suatu produk. Oleh karena itu, kami menyebut produk ini dengan nama Tanaman Hias Lidah Buaya. Menentukan harga Untuk masalah harga, tergantung dari besar kecilnya ukuran tanaman. Tetapi, biasanya tamanan lidah buaya dijual dengan kisaran harga 3000-7000 rupiah tergantung ukurannya. Mempromosikan Pemasaran produk ini daapat dilakukan dengan memasang spanduk, menyebarkan brosur, dll. Agar pemasaran produk ini lebih menarik, kita dapat memasarkannya melalui online/internet. Mendistribusikan Pendistribusian produk lidah buaya ini dapat dilakukan dengan mengirimkannya pada toko tanaman hias, petani lidah buaya, dan juga masyarakat. Baca Juga Teknik Budidaya Pepaya Merah Delima Beserta Cirinya “Mudah” Evaluasi Hasil Tan Kelebihan Lidah Buaya Mengurangi Rasa Gatal Pada Kulit Mempercepat Proses Penyembuhan Luka Mengusir Jerawat Membandel Merawat Kulit Memenuhi Kebutuhan Vitamin Harian Mendetoksifikasi Racun Menghaluskan Rambut Melembabkan Rambut Menghilangkan Ketombe Mencegah Kebotakan Kekurangan Lidah Buaya Lidah buaya dapat mengakibatkan reaksi alergi dan menimbulkan penyakit diare. Lidah buaya tidak disarankan untuk dimanfaatkan secara oral dalam jangka waktu yang panjang atau lama. Lidah buaya dapat membahayakan bagi penderita diabetes Lidah buaya dapat menyebabkan kematian jika dalam pemanfaatannya tidak tepat. Sebaiknya hindari konsumsi lidah buaya bagi anda yang sedang hamil. Lidah buaya juga tidak baik bagi dikomsumsi bagi penderita hiperkolesterol. Baca Juga Budidaya Paprika Dalam Greenhouse Sekian pejabaran artikel diatas tentang Analisa Usaha Lidah Buaya – Bisnis, Harga, Wirausaha & Permintaan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca setia
harga lidah buaya di supermarket